Penipuan Online Marak, Siapa Salah?

0
797
Photo : Google

Tinta Riau, Jakarta – Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pelaku jual beli online adalah penipuan online. Diakui Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Aulia Marianto, yang menjadi masalah utama dalam penipuan online bukan sistem, tapi lebih kepada edukasi akan kesadaran konsumen dan si penjual.

“Penipuan online ada memang dan terjadi. Tapi itu lebih kepada masalah edukasi dibanding kepada masalah sistem dan lain-lain. Lebih kepada kita tidak aware kita sebagai pembeli atau penjual mengamati tingkah laku itu,” tutur Aulia kepada detikINET.

Ia kemudian membandingkan dengan jual beli secara offline, dimana penipuan juga kerap terjadi. “Penipuan online tuh kecil sekali kemungkinannya. Kalaupun ada ya paling 0,0001%,” ujarnya.

“Kalau memang merasa tertipu, bisa dicek penjualnya. Bisa dicek dia punya PT di Google. Nah, maka dari itu kami dan teman-teman di e-commerce kerap memberikan tips bagaimana menghindari agar jeli dalam membeli,” katanya.

Masih dalam konteks yang sama, pemerintah melalui Kementerian Kominfo memiliki wacana untuk menghadirkan sistem akreditasi di setiap e-commerce yang ada. Adanya akreditasi e-commerce ini semata-mata bertujuan untuk perlindungan bagi konsumer.

Prosesnya akan sepenuhnya diserahkan kepada asosiasi, dalam hal ini idEA. Ditanya soal itu, Aulia membenarkan adanya proses akreditasi.

“Akreditasi itu merupakan sebuah usaha-usaha dari asosiasi, dimana menghimbau kalau masyarakat ingin belanja online maka belanja lah di situs yang dipercayai. Jangan hanya melihat dari bagusnya situs,” terang Aulia.

Namun proses akreditasi ini sepertinya butuh waktu, lantaran masih proses legalisasi. (detikinet)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini