Bupati Inhil Berencana Panggil Pengusaha, Sikapi Anjloknya Harga Kelapa

0
587

Indragiri Hilir Tintariau.com, TEMBILAHAN Senin 25/06/2018 – Para pengusaha yang bergerak di industri perkelapaan di Kabupaten Inhil langsung menjadi target Bupati Inhil HM Wardan pada hari pertamanya aktif kembali pasca cuti Pilkada Inhil 2018.

Bupati HM Wardan mengaku sangat sedih dengan anjloknya harga kelapa pasca ia cuti sebagai Bupati, dimana harga kelapa yang berkisar Rp. 600 hingga Rp1.000 per kg sehingga memukul perekonomian petani.

Oleh karena itu Bupati Wardan langsung mengambil sikap untuk memanggil pengusaha-pengusaha besar pembeli kelapa yang ada di Negeri Hamparan Kelapa Dunia.

“Kita memanggil pengusaha besar ini untuk berdiskusi dan membahas tentang isu yang sangat center mengenai anjlok dan turunnya harga kelapa. Saya memandang dan merasakan masalah ini merupakan masalah yang serius merupakan masalah hajatan masyarakat banyak,” ungkap Wardan pada pertemuan yang digelar di Aula Lantai V Kantor Bupati Inhil, Senin (25/6/2018).

HM Wardan menuturkan, sejak dirinya menjabat sebagai Bupati Inhil harga kelapa mulai membaik, mencapai Rp. 2.000 hingga mencapai Rp2.500.

Namun sejak menjalani cuti Pilkada Inhil pada bulan 12 Februari 2018, harga jual kembali dimonopoli perusahaan sehingga harga kelapa turun drastis.

“Tentu saja ini tidak bisa dibiarkan. Makanya kami memanggil perusahaan untuk mencarikan solusinya. Karena ini sangat penting, karena hampir 70 persen masyarakat tergantung dengan kelapa,” tuturnya.

Menurut Wardan, beberapa penyebab potensi turunnya harga kelapa antara lain, melimpahnya kelapa di perusahaan sehingga pembongkaran di kapal antrian panjang.

“Kebutuhan 2 juta butir, sedangkan yang datang berpuluh-puluh kapal berisi 5 juta kelapa bulat, tentu terjadi antrian berhari-hari dan terjadi pembusukan terhadap kelapa. Kualitas kelapa tentu saja berpengaruh terhadap Harga,” imbuhnya.

Selain faktor di atas, menurutnya lagi, mengenai kualitas kelapa, ketika harga mulai membaik, petani terburu-buru memanen kelapa sehingga kualitas kelapa masih belum layak panen.

“Seharusnya panennya 3 bulan sekali, kebanyakan perdua bulan sekali, tentu saja belum “belang babi” petani sudah memanen,” cetusnya diiringi gelak tawa yang hadir pada Rakor tersebut.( Avd)

(Redaksi/Indra)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini